Pada kali ini aku memposting “Model-model
Pengembangan Kurikulum” sebagai tugas dari mata kuliah Pengembangan kurikulum.
Semoga Bermanfaat.
Model pengembangan kurikulum adalah
model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan
kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang
dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah
atau sekolah.
Berikut ini beberapa model
pengembangan Kurikulum
1.
Model Pengembangan Kurikulum Rogers
Ada beberapa
model yang dikemukakan Rogers, yaitu jumlah dari model yang paling sederhana
sampai dengan yang komplit. Model-model tersebut disusun sedemikian rupa
sehingga model yang berikutnya sebenarnya merupakan penyempurnaan dari yang
sebelumnya. Adapun model-model tersebut sebagai berikut:
Model I
(paling sederhana) menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri
dari kegiatan memberikan informasi dan ujian. Hal ini didasari atas asumsi
bahwa pendidikan adalah evaluasi dan evaluasi adalah pendidikan, serta
pengetahuan adalah akumulasi materi dan informasi.
Model yang sederhana ini menggambarkan dua pertanyaan pokok yang
menjadi inti model yaitu :
1. Mengapa saya mengajarkan mata pelajaran ini?
2. Bagaimana saya dapat mengetahui keberhasilan pelajaran yang
saya ajarkan?
Dalam menjawab pertanyaan tersebut tentu guru harus
mempertimbangkan ketepatan dan kerelevansian bahan pelajaran yag diajarkan
dengan kebutuhan siswa dan masyarakat.
Model II adalah penyempurnaan dari model I dengan menambahkan
pokok yang belum tercover pada model I yaitu mengenai metode dan organisasi
bahan pelajaran. Pertanyaan yang menjadi gambaran pokok model ini adalah :
1. Mengapa saya mengajarkan bahan pelajaran ini dengan metode ini
?
2. Bagaimana saya harus mengorganisasikan bahan pelajaran ini ?
Model III pengembangan kurikulum merupakan penyempurnaan dari
model II yang belum bias memberikan alternative pokok atas unsure teknologi
pendidikan kedalamnya. Hal itu didasarkan pertimbangan bahwa teknologi
pendidikan merupakan factor yang sangat menunjang dalam keberhasilan belajar
mengajar. Pertanyaan pokok yang tercover dari model III adalah :
1. Buku-buku pelajaran apakah yang harus dipergunakan dalam mata
pelajaran ?
2. Alat atau media apakah yang dapat dipergunakan dalam pelajaran
tertentu?
Namun, nampaknya perkembangan model kurikulum ini juga belum
mencerminkan tujuan dari model pengembangan kurikulum dalam proses belajar
mengajar. Oleh karena itu,disempurnakan lagi oleh model IV dengan memasukkan
unsure tujuan didalamnya. Tujuan itulah yang bersifat mengikat semua komponen
yang lain, baik metode, organisasi bahan, teknologi pengajaran, isi pelajaran
maupun kegiatan penilaian. (H.M. Ahmad, Dkk, 1997: 50-53)
Model IV di samping berbagai komponen kurikulum pada model I
hingga model III, pada model IV ini disertakan pula komponen penting dalam
keseluruhan pendidikan, yaitu tujuan. Tujuan ini menjadi arah pendidikan dan
pengajaran ini yang mengikat semua komponen yang telah disebutkan sebelumnya,
termasuk teknologi yang akan digunakan.
2.
The
administrative model
The administrative model atau line staff
adalah pengembangan kurikulum yang pelaksanaannya dimulai dari para pejabat
tingkat atas pembuat keputusan atau kebijakan berkaitan dengan pengembangan
kurikulum. Dengan wewenang administrator pendidikan yakni dirjen, direktur, dan
kepala kantor wilayah pendidikan serta kebudayaan kemudian membentuk suatu tim
yang terdiri dari pejabat di bawahnya, dan para tokoh dari dunia kerja dan
perusahaan. Tugas tim atau komisi ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar,
landasan-landasan, kebijaksanaan, dan strategi utama dalam pengembangan
kurikulum. Selanjutnya menyususn kurikulum secara operasional berkaitan dengan
memilih dan menyususn sekuens bahan pengajaran, memilih strategi pengajaran dan
evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi
guru-guru.
3.
The grass roots
model
Model pengembangan grass roots ini
merupakan lawan dari model adminitratif. Inisiatif dan pengembangan kurikulum
model yang pertama, yang digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum
yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam
sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan yang
bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di
suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum.model grass roots
memungkinkan terjadinya kopetisi di dalam meningkatkan mutu dan sistem
pendidikan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih
mandiri dan kreatif.
4.
Beauchamp’s
system
Model pengembangan kurikulum beauchamp’s
system, dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum, dan beliau
mengemumakan lima hal dalam pengembangan kurikulum:
a. Menetapkan arena atau lingkup wilayah.
a. Menetapkan arena atau lingkup wilayah.
Yakni yang dicakup oleh kurikulum, baik dari
tingkat sekolah; kecamatan; kabupaten; propinsi; ataupun seluruh negara.
b. Menetapkan personalia.
Yakni orang – orang yang mengambil andil dalam
penegembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi
dalam pengembangan kurikulum, yaitu: para ahli pendidikan/ kurikulum yang ada
pada pusat pengembangan kurikulum, para ahli pendidikan perguruan tinggi atau
sekolah dan guru-guru, para profesional dalam sistem pendidikan, dan tokoh
masyarakat.
c.Organisasi dan prosedur pengembangan
kurikulum.
Berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh
dalam merumuskan tujuan, memilih isi pengalaman belajar, serta kegiaatan
evaluasi, dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum.
d.Implementasi kurikulum. (melaksanakan kerikulum)
d.Implementasi kurikulum. (melaksanakan kerikulum)
e.Evaluasi kurikulum.
Mencakup evaluasi tentang pelaksanaan
kurikulum oleh guru-guru, desain kurikulum, hasil belajar siswa, dan dari
keseluruhan sistem kurikulum.
5.
The
demonstration model
Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (Grass Roots).
Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang
selanjutnya digunkan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering
mendapat tantangan atau keidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu. Menurut
Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini. Pertama;
sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan
ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum.
Kedua; dari bebrapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang
sudah ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan mengadakan
pengembangan secara mandiri.
Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, di antaranya adalah :
Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, di antaranya adalah :
a) kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis
karena dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah;
b) perubahan kurikulum dalam skala kecil atau
pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak
administrator, akan berbeda dengan perubahn kurikulum yang sangat luas dan
kompleks;
c)
hakikat model demonstrasi cerskala kecil akan terhindar dari kesenjangan
dokumen dan pelaksanaan di lapangan; 4) model ini akan menggerakkan inisiatif,
kreativitas guru-guru serta memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk
memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru.
6. Model Hilda
Taba
Hilda Taba mengikuti cara pengembangan
kurikulum yang berlaku secara umum yang mengikut langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menentukan tujuan
pendidikan
b. Menseleksi
pengalaman belajar
c. Organisasi bahan
kurikulum dan legiatan belajar
d. Evaluasi hasil
kurikulum
Untuk mengadakan pembaharuan kurikulum Hilda
Taba menganjurkan cara berlainan dengan yang lazim dilakukan dalam pengembangan
kurikulum pada umumnya. Ia justru memulai satuan pelajaran untuk meningkat
kepada kurikulum yang lengkap, setelah cukup jumlah satuan pelajaran yang
diujicobakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar