Minggu, 28 Februari 2016

Pembelajaran dan Pengembangan Kurikulum

PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kurikulum pun dievaluasi. Kurikulum di Indonesia mulai berganti dari tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013.
Pengertian kurikulum menurut peter F.olivia yaitu kurikulum adalah suatu program atau rencana yang dikembangkan oleh lembaga (sekolah) untuk memberikan berbagai pengalaman belajar bagi siswa. Kurikulum memiliki arti yang luas selain sebagai rencana, kurikulum juga merupakan seluruh pengalaman atau aktivitas yang terjadi sebagai realisasi dari program atau rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Selain itu kurikulum juga memiliki komponen kurikulum yaitu sebagai berikut :
1.         Komponen tujuan
Tujuan merupakan gambaran harapan sasaran yang menjadi acuan bagi semua aktivitas yang dilakukan untuk mencapainya. Komponen tujuan biasa juga disebut dengan kompetensi yaitu merupakan rumusan kemampuan behubungan dengan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus direfleksikan dalam berpikir dan bertindak secara konsisten.
2.       Komponen isi
Merupakan materi atau bahan ajar yang harus dipelajari oleh siswa untuk mencapai koompetensi yang diharapkan. Isi kurikulum sebagai bahan ajar sebaiknya dikembangkan dari berbagai sumber yang luas dan bervariasi baik yang sengaja dipersiapkan maupun yang dimanfaatkan.
3.       Komponen metode
a.        Komponen metode/strategi
Merupakan pendekatan, strategi, dan system pengolahan pembelajaran yang dilakukan disetiap lembaga pendidikan, sehingga program atau kurikulum yang telah ditetapkan dapat berjalan secara efektif, efesien, dan akuntabel.
b.        Komponen evaluasi
Merupakan alat ukur untuk mengetahui keterlaksanaan program dan tingkat keberhasilan yang telah dicapai dikaitkan dengan rencana yang telah ditetapkan oleh kurikulum. Alat evaluasi kurikulum harus ditetapkan secara valid dan dapat menilai seluruh aspek kurikulum.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia.
1.         Kurikulum tahun 1947 (Rencana Pembelajaran 1947)
Awalnya pada tahun 1947 kurikulum saat itu diberi nama Retjana Pelajaran 1947. Pada saat itiu kurikulum pendidikan Indonesia masih dipengaruhi system pendidikan belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskakn yang pernah digunakan sebelumnya. Karna suasana kehidupan berbangsa  pada saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan, maka pendidikan sebagai development convermis lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdekan dan berdaulat yang sejajar dengan bangsa lain dimuka bumi ini.
2.       Kurikulum tahun 1952 (Retjana Pelajaran Terurai 1952)
Pada tahun 1952 kurikulum di inidonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 kurikulum ini diberi nama Retjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada system pendidikan nasional, salah satu cirri dari kurikulum ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memerhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehhiidupan sehari-hari.
3.       Kurikulum tahun 1964 (Retjana Pendidikan 1964)
Menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan system kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Retjana Pendidikan 1964. Salah satu cirri dari kurikulum ini yaitu bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program pancawardana yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistic, dan jasmani.
4.        Kurikulum tahun 1968 (Rencana pendidikan 1968)
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu dilakukanya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini merupakan oerwujudan dari orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum ini dilihat dari segi tujuan pendidikan bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membntuk manusia pancasila sejati, kuat, an sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegn mempertinggi kecerdasan dan keterampilan serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5.       Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan pendekatan-pendeatan diantaranya sebgai berikut:
·         Berorientasi pada tujuan
·         Menganut pendekatan integratf dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dua peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan yang lebih integrative.
·         Menekankan kepada efesiensi dan efektif dalam hal daya dan waktu.
·         Menganut pendekatan system instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksonal (PPSI) yaitu system yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan spesifik, dapat diukur, dan dirumuskan dalam bentuk tingkakhlaku siswa.
·         Dpengariuhi psikologi tingkah laku dnegan menekkankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
·         Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan mayarakat dan tuntutan ilmu pengetahua dan teknologi.
6.       Kurikulum 1984 (CBSA)
Kurikulum 1884 megusung proses skill approach, meski mengutamkan pendekatan proses, tapi factor tujuan tetap pending. Kurikulum ini juga sering disebut “kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar, dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan, model ini disebut cara belajar siswa aktif. Kurikulum ini berorientasi kepada tujuan intruksional, didasari oleh pandangan  bahwa pemberian pengalaman belajar bagi siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas disekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu sebelum memilih atau menentukan bahan ajar yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa. Pembelajaran matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi matematika, revolusi ini diawali kekhawatiran Negara maju akan disusul Negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman Barat, Jepang, Korea, dan Taiwan. Pembelajaran matematika ditandai dengan beberapa hal yaitu adanya kemajuan teknogi mutahir seperti kalkulator dan computer.
7.        Kurikulum tahun 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no.2 tahun 1984 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada system pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari system semester ke semester caturwulan. Pada semester caturwulan pembagannya dari satu semester menjadi 3 tahap diharapkan dapat memeberi kesempatan bagi siswa untuk dapat emnerima materi pembelajaran cukup banyak. Tujuan pembelajran menekankan pada pemahaman konsep, dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
8.       Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikulum ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yaitu Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standard performance yang telah ditetapkan. Pendidikan mengacu pada upaya individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Aplikasinya ialah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis competensi sebagai pedoman pembelajaran.
9.       Kurikulum tahun 2006 (KTSP)
Kurikulum ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi ini dan proses pencapaian target kompetensi pelajran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang dapat dilihat dari kurikulum ini ialah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan kondisi siswa serta kondisi sekolah. Hal ini disebabkan kerangka dasar standar kompetensi kelulusan, standar kompetensi, dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh departemen pendidikan nasional. Pengembangan perangkat kompetensi silabus system penilaian merupakan kewenangan suatu pendidikan dibawah kordinasi dan supervisi dibawah pemerintah kabupaten atau kota.
10.      Kurikulum Tahun 2013
Kurikulum ini direncanakan akan dimulai pada tahun ajaran 2013/2014 yang akan ditetapkan seecara berjenjang, pada dasarnya merupakan penyempurnaan kurikulum tahun 2006 (KTSP). Kurikulum ini mengandung beberapa hal yaitu :
a.     Pembelajaran lebih mengarah pada karakter anak didik.
Karakter pada anak didik lebih ditekankan baik karakter dalam tujuan kognitif, ketelitian, berpikir kritis, kemampuan mencermati data dan informasi, kemampuan memecahkan masalah, member solusi, dan kemampuan dalam menyampaikan gagasan menjadi titik tekan utama. Dari hal ini dapat dipahami bahwa hal-hal fundamental yang akan lebih ditekankan. Bukan hanya sekedar pada siswa hanya tahu saja tetapi lebih ditekankan pada pembangunan karakter dan struktur kognitif siswa.
b.     Pengajaran lebih mengarah pada proses, bukan sekedar pada hasil belajar. Proses pembelajaran memegang peranan penting dalam dunia pendidikan.
Jika proses belajarnya baik dan mampu meningkatkn kemampuan berpikir siswa dapat diharapkan ouput menjadi lebih baik. Pada proses ini mengarah pada kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, kebijakan ini membawa konsekuensi yang besar bahkan dapat dikatakan sebagai revolusi dalam dunia pendidikan kita. Dengan menghasikan anak didik dnegan kemampuan berpikir tingkat tinggi maka dapat diharapkan lahirnya generasi-generasi muda yang dapat menganalisis, menjadi solusi, dan memecahkan masalah-masalah yyang dihadapi dalam kehidupannya.
c.     Assessment pembelajaran mengarah pada assessment otentik, yaitu penilalian nyata terhadap apa yang diperoleh siswa damal proses pendidikan. Penilaian dengan model assessment otentik akan memberikan solusi yyang efektif bagi perbaikan permbelajaran di kelas, namun demikian usaha dan kerja keras guru-guru dilapangan untuk melakukannya dengan sungguh-sungguh.
Menurut kepala dinas pendidikan kabupaten bangkalan bpak Totok Gunarto S.Pd M.Pd bahwa kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2006(KTSP). Salah satu penyempurnaannya yaitu penghapusan mata pelajaran TIK untuk SMP karena dianggap bisa di intruksikan pada mata pelajaran yang lainnya. pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan pada proses, lalu pada penilaian/assessment ditekankan pada assessment yang otentik(nyata) penilaian terhadap apa yang dilakukan oleh siswa maka itu yang akan menjadi penilaian. Dan pada kebijakan diharapkan siswa lebih kreatif terhadap linngkungan sekitarnya. Pada kurikulum 2013 ini menekankan pada pembelajaran yang kontruktivisme meskipun tidak akan meninggalkan pembelajaran yang behavorisme.
Persiapan infrastuktur, kemampuan guru, ketersediaan bahan ajar, dan ketersediaan media pembelajaran yang mendukung perlu mendapatkan perhatian yang serius. Agar penerapan kurikulum bisa tercapai dan terlaksana dengan baik serta menghasilkan anak didik yang berkualitas, berprestasi dan dapat membanggakan bangsa Indonesia.

kegalauan tentang kurikulum yang berubah-ubah



Hi reader…… postingan aku kali ini akan membahas mengenai  perubahan  kurikulum yang terjadi di Indonesia. Indonesia udah 11 kali mengganti kurikulum lohh!!... seperti yang dikutip dari kemendikbud.go.id,  pengubahan kurikulum indonesia dimulai pada tahun 1947 – 2015. Mengubah kurikulum sering berarti turut mengubah manusia, yaitu guru, pembina pendidikan, dan mereka-mereka yang mengasuh pendidikan.
Pada sewaktu aku jaman sekolahan kurikulum yang digunakan masih KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Menurutku Perubahan kurikulum ada baiknya dan juga ada buruknya, baiknya kurikulum berubah seiring dengan perkembangan teknologi di era yang modern ini, akan tetapi dampak buruknya imbasnya ke sekolah, guru dan juga siswa yang paling merasakan dampak bagi perubahan kurikulum ini. Bagi guru kesulitan dalam beradaptasi dengan kurikulum yang baru, sehingga cara mengajar guru berbeda dari sebelumya  memerlukan waktu yang lama untuk menyesuaikan diri. Bagi siswa dampaknya pun sangat besar, dengan berubah-ubahnya kurikulum pendidikan ini mempengaruhi nilai siswa. Contohnya Pada kurikulum KTSP di mana guru memiliki peran sebagai motifator dan fasilitator siswa dalam rangka meningkatkan prestasi nya dan dalam kurikulum ini siswa memiliki hak penuh untuk meningkatkan bakat dan prestasi nya serta siswa harus mampu bersaing dengan siswa lainnya untuk mendapat prestasi yang bagus. kalau seperti ini apakah ini bukan berarti memudahkan guru, karena disini tugas guru hanya sebgai motifator dan fasilitator siswa, dan guru tidak dituntut untuk meguasai materi karna dalam kurikulum ini tidak ada fungsi guru untuk meberi materi, guru hanya berperan untuk motifator saja. Lalu apakah ini adil untuk siswa? sistem yang di terapkan untuk siswa adalah siswa harus belajar sendiri karna di dalam kelas guru hanya memberikan informasi yang minim dan selebih nya guru hanya membri motivasi dan dorongan untuk siswa supaya mau belajar dan belajar kemudian siswa di harapkan dapat mencari tambahan materi dan memperkaya informasi secara mandiri. Dampak positifnya bagi siswa yaitu siswa menjadi lebih mandiri dan lebih aktif untuk mendapatkan informasi, fasilitas yang siswa gunakan bisa internet maupun bisa juga mengunjunggi perpustakaan-perpustakaan untuk mendapatkan buku sebagai referensi.
Pada saat ini banyak sekolah yang menggunakan teknologi sebagai media belajar, misalnya infcus, video, powerpoirt, animasi dll. Hal itu membantu proses pembelajaran untuk siswa. Tetapi di Indonesia mempunyai banyak kota maupun pulau-pulau kecil. Bagaimana mengenai dampak dari perubahan kurikulum yang ada di pulau-pulau kecil yang berada di Indonesia? Jika harus menggunakan perubahan kurikulum yang sejalan dengan perkembangan teknologi, bagaimana nasib anak-anak pelajar yang berada di daerah pedalaman? Jangankan teknologi yang canggih, listrikpun belum ada didaerah mereka. Tanpa listrik apakah pembelajaran mereka bisa menggunakan infocus, animasi dan lain-lainnya?. Seharusnya jika ada perubahan kurikulum maka fasilitas untuk menunjang tersosialisasinya kurikulum itu dengan baik harus dipenuhi, entah itu di kota maupun diperdesaan. Agar semua anak-anak pelajar di Indonesia setara menerima pelajaran yang baik dan merata.
Sedikit pengalamanku dan saran dariku sebaiknya profesionalisme guru harus lebih ditingkatkan lagi. Karena pada kenyataan yang aku alami semasa disekolah, guru hanya menggunakan metode ceramah dalam mengajar itu sangaaattt memmbosannkan (Hoooaamm…… ), ada juga guru yang hanya nyuruh siswanya buat nyatat buku pelajaran, yahh kalo istilah dulunya sih nyatet buku ampe abiss .. hehehhe… terus setelah nyuruh siswanya mencatat malah gurunya keluar ninggallin kelas sampai bel pertanda istrihat berbunyi  gurunya kagak balik ke kelas lagi .., ada juga guru yang mengajar tapi nggak menguasai materi yang diajarkan, ketika ada siswa yang bertanya, gurunya malah nggak bisa ngejawab hanya diam dan nyuruh siswa buat diskusi serta nyuruh cari jawabannya di internet. hmmm!!!!!!...... itu  metode mengajar yang harus dihilangkan.
Jika selanjutnya ada perubahan kurikulum, aku berharap kurikulum itu bisa menyetarakan proses belajar mengajar diseluruh wilayah di Indonesia, baik itu dalam bentuk media fasilitasnya maupun dalam bentuk yang lainnya. Lalu bisa memajukan Negara Indonesia dengan anak-anak bangsa yang berprestasi. Dan semoga mutu pendidikan Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi seperti di Negara-negara lainnya (jepang, firlandia, korea, amerika, dll).
Perubahan kurikulum ini tentunya ada factor yang mempenggaruhinya. Menurut Soetopo dan Soemanto, ada sejumlah faktor yang dipandang mendorong terjadinya perubahan kurikulum pada negara ini.
a.  Bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis. Dengan merdekanya Negara-negara tersebut, mereka menyadari bahwa selama ini mereka telah dibina dalam suatu sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita nasional merdeka. Untuk itu , mereka mulai merencanakan adanya perubahan yang cukup penting di dalam kurikulum dan sistem pendidikan yang ada.
b. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekali. Di satu pihak, perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah menghasilkan diketemukannya teori-teori yang lama. Di lain pihak, perkembangan di dalam ilmu pengetahuan psikologi, komunikasi, dan lain-lainnya menimbulkan diketemukannya teori dan cara-cara baru di dalam proses belajar mengajar. Kedua perkembangan di atas, dengan sendirinya mendorong timbulnya perubahan dalam isi maupun strategi pelaksanaan kurikulum.
c. Pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia. Dengan bertambahnya penduduk, maka makin bertambah pula jumlah orang yang membutuhkan pendidikan. Hal ini menyebabkan bahwa cara atau pendekatan yang telah digunakan selama ini dalam pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalau perlu diubah agar dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan yang semakin besar. Ketiga faktor di atas itulah yang secara umum banyak mempengaruhi timbulnya perubahan kurikulum yang kita alami dewasa ini.
Aku  akan menjelaskan sedikit perubahan kurikulum yang ada di Indonesia mulai pada tahun 1947 sampai 2015.
1.     Kurikulum 1947
Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran) ketimbang istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda.
Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dan cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara bercakap-cakap, membaca, dan menulis.
2.     Kurikulum 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana).
3.     Kurikulum 1964
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral.
4.     Kurikulum 1968
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5.    Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh konsep di bidang manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
6.    kurikulum 1984
Kurikulum ini mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum 1975 disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
7.    Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya memadukan kurikulum kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Misalnya bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
8.    Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Sebagai pengganti Kurikulum 1994 adalah Kurikulum 2004 disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran. KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut, menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan metode bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
9.    Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum ini pada dasarnya sama dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
10.  Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.
11.  Kurikulum 2015
Kurikulum tahun 2015 ini ternyata masih dalam tahap penyempurnaan dari kurikulum 2013. Namun Ujian Nasional yang digelar pada tahun 2015 ternyata menggunakan Kurikulum 2006 yaitu KTSP. Karena, untuk saat ini, siswa yang sekolahnya sudah menggunakan Kurikulum 2013 baru melaksanakan tiga semester.






Senin, 22 Februari 2016

makalah model pembelajaran assure



KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan kesehatan kepada kita semua, sehingga kita dapat melaksanakan suatu proses perkuliahan.
Dalam makalah ini, kami mencoba membuat  makalah  mengenai Model Pembelajaran Assure yang dapat kami sajikan yaitu beberapa penjelasan-penjelasan ,pembahasan  dan berbagai langkah-langkah yang yang digunakan dalam model ini.
           Makalah ini sangat sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, untuk membantu kesempurnaan makalah  ini, maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak terutama dosen mata kuliah Desain Pembelajaran Fisika. Selain itu atas kekurangan-kekurangan yang ada di dalam makalah ini maka kami juga memohon maaf yang sebesar- besarnya.

 

                                                                                                                                Palu. 13 Febuari 2016
                                                                                                            Penuyusun


                                                                                                                                                            Kelompok VII






BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Aktivitas pembelajaran perlu dirancang sebelumnya agar dapat memeberikan output atau hasil sebagaimana yang diharapkan. Upaya untuk merancang aktivitas pembelajaran disebut dengan istilah desain pembelajaran.Menurut Gagnon dan Collay dalam Benny (2011:24) istilah desain mempunyai makna adanya suatu kesuluruhan, struktur, kerangka, atau outline, dan urutan atau sistematika kegiatan.Mendesain aktivitas pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya untuk membuat aktivitas pembelajaran menjadi terstruktur dan sistematis.
Dalam merancang aktivitas pembelajaran kita perlu mengetahui tujuan yang akan dicapai, kompetensi yang pertlu dimiliki oleh individu yang belajar atau learner. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran kita memerlukan sebuah kendaraan.Dalam konteks pembelajaran, kendaraan yang digunakan adalah metode, media, dan materi pembelajaran yang diperlukan untuk membantu siswa dalam mencapai kompetensi yang diinginkan.
Beberapa model desain pembelajaran telah banyak dikemukakan oleh sejumlah pakar. Namun dalam makalah ini kami mengambil model desain pembelajaran ASSURE yang dikembangkan oleh Sharon Smaldino, Robert Henich, James Rusell dan Miichael Molenda (2011) dalam buku “Instructional Technology and Media for Learning ”. Adapun alasan kami memilih model ASSURE, karena  ASSURE  merupakan satu desain model pembelajaran yang sederhana yang dapat digunakan untuk menciptakan sebuah pembelajaran sukses.
Model desain pembelajaran ASSURE sesuai untuk digunakan dalam aktivitas pembelajaran yang berskala mikro seperti pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas dan program pelatihan. Oleh karena itu, sebagai calon guru sangat penting untuk mengetahui berbagai model desain pembelajaran, diantaranya yang akan kami paparkan dalam makalah ini yaitu model ASSURE.

B.     Tujuan

Merujuk kepada latar belakang yang di paparkan sebelumnya maka terdapat beberapa tujuan penulisan makalah ini yaitu;
1.      Untuk memberikan penjelasan tentang model pembelajaran Assure
2.      Untuk memberikan penjelasan bagaimana sistematika penerapan model  Assure
3.      Untuk menjelaskan manfaat model Assure dalam pembelajaran.
4.      Untuk menjelaskan komponen-komponen dalam model desain pembelajaran Assure.

C.         Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Assure?
2.      Bagaimana sistematika penerapan model Assure?
3.      Apakah manfaat model Assure dalam pembelajaran?
4.      Apa saja komponen-komponen dalam model desain pembelajaran ASSURE?



BAB II

PEMBAHASAN


A.    Pengertian Pembelajaran

Menurut Kemp (1994:12) unsure dasar dalam proses perancangan pengajaran ada empat aspek yaitu; siswa, metode, sasaran dan evaluasi. Keempat ini dapat diwujudkan dalam bentuk pertanyaan yaitu;
1.      Untuk siapa program itu dirancang (cirri siswa)
2.      Kemampuan apa yang anda inginkan untuk dipelajari  ?
3.      Bagaimana isi pelajaran atau ketrampilan dapat dipelajari dengan baikk ?
4.      Bagaimana anda menentukan tingkat penguasan pelajaran yang sudah dicapai ?

Menurut john dewey (1916) siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui , serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari. Sedangkan mengajar adalah upaya guru untuk membangkitkan yang berarti menyebabkan atau mendorong seseorang  (siswa) belajar (Wijaya: 1992).
Model ASSURE adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk jenis media yang tepat dalam proses pembelajaran. Model ini dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien, khususnya pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan media dan teknologi. Model ini, berorentasi pada KBM. Strategi pembelajarannya melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta pembelajar di lingkungan belajar.Assure model di desain untuk membantu Guru dalam merancang rencana pembelajaran yang terintegrasi dan efektif dengan menggunakan teknologi dan Media dalam kelas.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.  (UU No.20/2003, Bab I Pasal ayat 20). Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Wikipedia.com) adapun ciri-ciri pembelajaran itu sendiri adalah:
1.       Siswa
Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
2.         Guru
Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efekti.
3.         Tujuan
Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotor, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
4.         Isi pelajaran
Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan
5.   Metode
Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan
6.      Media
Bahan pengajaran dengan atau  tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa
7.      Evaluasi
Cara yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya

B.     Sistematika penerapan model Assure

Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
1.      Analyze Learners
Analisis siswa :  langkah pertama dalam perencanaan untuk mengetahui dan menganalisis siswa sehingga bisa diasosiasikan hasil belajarnya nanti, yang lebih penting diperhatikan adalah (1) karakteristik umum, (2) kemampuan khusus, (3) gaya belajar
2.      States Objectives
Langkah selanjutnya menentukan standard an tujuannya sespesifik mungkin. Disini sangat penting memulai pelajaran dengan menyusun kurikulumdan teknologi (nets for students) disesuaikan dengan menyusun kurikulum daerah berdasarkan kurikulum nasional.
3.      Select Methods, Media, and Material
Pemilihan strategi, media, dan materi: pada langkah ini guru melakukan pemilihan strategi yang tepat, media yang cocok dan materi yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai
4.      Utilize Media and materials
Penggunaan teknologi, media dan materi; dalm step ini seorang guru menggunakan teknologi, media dan materi membantu siswa mencapai tujuan pembelajarannya, ada 5 proses yang dilalui yaitu;
a.    Preview ; teknologi, media, materi
b.   Prepare ; persiapan teknologi, media dan materi
c.    Prepare ; lingkungan
d.   Prepare ; student
e.    Provide  ; melengkapi dengan kegiatan siswa


5.      Require Learner Participation
Merangsang pasrtisipasi siswa, hal ini bertujuan agar kondisi belajar siswa dapat terkendali. Di sini diharapkan ada kegiatan yang membuat mereka bisa mempraktekkan pengetahuan atau keahlian baru yang disajikan sehingga siswa dapat mengekspresikan kembali semua yang dimilikinya. Praktek-prektek yang bisa dilakukan seperti: cek sendiri, pengajaran berdasarkan  komputer, kegiatan berinternet, kegiatan kelompok
6.      Evaluate and Revise
Evaluasi dan perbaikan; setelah langkah semua yang di atas guru harus mengevaluasi semua kegiatan tersebut. Bagaimana dampaknya terhadap siswa. Evaluasi ini tidak saja menilai seberapa besar pencapaian tujuan pembelajaran namaun juga keseluruhan proses pembelajaran itu (penggunaan teknologi dan media) kalau tidak ada yang tercapai kita perlu mengadakan perbaikan agar lebih baik.

C.    Manfaat ASSURE Model Dalam Pembelajaran

Model ASSURE dicetuskan oleh Heinich, dkk. Sejak tahun 1980-an, dan terus dikembangkan oleh Smaldino, dkk. Hingga sekarang (Dewi Salma Prawiradilaga, 2007). Satu hal yang perlu dicermati dari model ASSURE ini, walaupun berorientasi pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), model ini tidak menyebutkan strategi pembelajaran secara eksplisit. Strategi pembelajaran dikembangkan melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta peserta didik di kelas. Manfaat dari model ASSURE, yaitu (Dewi Salma Prawiradilaga, 2007) :
1.   Sederhana, relatif mudah untuk diterapkan.
2.   Karena sederhana, maka dapat dikembangkan sendiri oleh pengajar.
3.   Komponen KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) lengkap.
4.   Peserta didik dapat dilibatkan dalam persiapan untuk KBM.

D.    Komponen-komponen model desain pembelajaran Assure

1.      Analisis Karakter Siswa
Langkah awal yang perlu dilakuakn dalam menerapkan model ini dalah mengidentifikasi karakter siswa yang akan melekukan aktivitas pembelajaran. Tujuan utama para guru adalah memenuhi kebutuhan unik setiap siswa sehingga mereka bisa mencapai tingkat belajar yang maksimum. Model ASSURE memberikan pendekatan yang sistematis untuk menganalisis karakteristik para siswa yang memengaruhi kemampuan mereka untuk belajar. Analisis karakteristik siswa meliputi beberapa aspek penting, yaitu: (1) karakteristik umum; (2) gaya belajar atau learning style siswa; dan (3) motivasi.
a.       Karakteristik umum
Agar berhasil memenuhi kebutuhan individual para siswa, maka seorang guru penting sekali untuk memahami karakteristik umum yang mungkin memengaruhi belajar mereka. Karakteristik umum pada dasarnya menggambarkan tentang kondisi siswa seperti usia, kelas, pekerjaan, dan jender.
Analisis sederhana yang dilakukan oleh guru sebelum memulai sebuah program pembelajaran seringkali membawa dampak yang positif.Cara sederhana untuk mengetahui karakteristik siswa dapat dilakukan melalui observasi, wawancara, dan pre-tes. Informasi yang dapat diperoleh dari cara yang dilakukan tersebut yaitu, etnis dan latar belakang individu; sosial ekonomi; sikap terhadap materi pelajaran; dan usia siswa atau trainee.
Perhatian yang saksama tentang karakteristik umum siswa pada dasarnya dapat memebantu guru untuk menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Peamahaman tentang karakteristik siswa juga akan memudahkan guru untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang siswa yang akan menempuh program pembejaran.



b.      Kemampuan awal
Faktor lain yang perlu diperhatikan selain karakteristik umum adalah kemempuan atau kompetensi awal yang perlu dimiliki siswa sebelum mengikuti aktivitas pembelajaran. Untuk mengetahui kemampuan awal atau prerequisite, yang merupakan persyaratan dalam mengikuti suatu program pemeblajaran diperlukan diperlukan adanya pre tes.Hal ini dapat digunakan oleh para guru untuk menghindari asumsi yang kerap dilakukan bahwa seluruh siswa telah memiliki kemampuan awal yang diperlukan sebelum mengikuti program pembelajaran.
Untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa, selain melalui pre-tes juga dapat melalui perbincangan antara guru dengan siswa. Apabila siswa telah memiliki pengetahuan awal tentang penegetahuan dan keterampilan yang akan dipelajari, maka guru tidak perlu lagi membahas pengetahuan dan keterampilan tersebut di dalam aktivitas pembelajaran. Dengan mengetahui latar belakang dan karakteristik siswa secara komprehensif, guru akan mudah dalam menentukan metode, media, dan materi pelajaran yang tepat dalam pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran.
c.       Gaya belajar
Gaya belajar atau learning styles dapat definisikan sebagai suatu cara tentang bagaimana seorang individu melakuakn persepsi, berinteraksi, dan merespon secara emosional terhadap lingkungan belajar. Sebagai seorang guru, tentunya akan menemukan perbedaan dalam cara-cara siswa belajar atau memproses informasi. Smaldino dalam Butler (1986), menurutnyakebiasaan memproses informasi ini dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:
1.      Pembelajar berurutan konkret  lebih menyukai pengalaman langsung (hands on experience) yang diorganisasikan secara sistematik. Mereka paling baik denagn menggunakan buku kerja, pengajaran yang berdasarkan computer, demonstrasi, dan praktik laboratorium terstruktur.
2.      Pembelajar  acak konkret sangat menyukai proses belajar dengan menggunakan pendekataan coba-coba atau trial and error. Mereka biasanya cepat melakukan penarikan kesimpulan dari proses eksplorasi pengetahuan dan eksperimen. Mereka menyukai metode pembelajaran seperti permainan, simulasi, proyek belajar mandiri, dan belajar penemuan.
3.      Pembelajar berurutan abstrak biasanya individu yang memiliki gaya belajar ini cepat dalam memahami pesan dan informasi verbal dan simbolik yang disampaikan secara sistematis. Mereka umumnya menyukai membaca dan menyimak presentasi.
4.      Pembelajar abstrak acak pada umumnya memiliki kemampuan untuk memaknai pesan dan informasi yang disampaikan melalui media. Mereka menyukai informasi dan pengetahuan yang dikemas dalam bentuk media.
Gardner (1999), mengemukaka konsep konsep kecerdasan majemuk atau multiple intelligences yang dapat membedakan kecenderungan belajar dan minat yang dimiliki oleh seseorang dengan orang lain. Ia mengembangkan konsep kecerdasan majemuk yang mengidentifikasi sembilan aspek kecerdasan:
a)   Verbal/linguistic (bahasa)
b)   Logis /matematis (ilmiah/kuantitatif)
c)   Visual/spasial
d)   Musical/ritmis
e)   Ragawi/kinestetik(menari/olahraga)
f)    Antar personal (memahami orang lain)
g)   Intra personal (memahami diri sendiri)
h)   Naturalis
i)     Eksistensialis
Teori Gardner menyatakan bahwa guru yang efektif harus mempertimbangkan gaya belajar yang berbeda dari setiap siswa, menyadari bahwa siswa sangat berbeda dalam hal kekuatan dan kelemahan  di tiap-tiap area tersebut.
d.      Motivasi
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam menempuh pembelajaran yaitu motivasi. Motivasi dapat diartiakan kondisi yang dapat mendorong individu untuk melakukan suatu tindakan dalam rangka mencapai tujuan.Motivasi dapat digolongkan menjadi motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang didorong oleh pekerjaan yan g disukai atau diminati oleh seseorang.Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang didorong oleh faktor eksternal dalam bentuk imbalan atau reward.Imbalan yang diperoleh setelah seseorang melakukan suatu tugas atau pekerjaan akan mendorong seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan tersebut.
Guru sebaiknya mampu menciptakan motivasi belajar yang bersifat intrinsik dalam diri siswa. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik dalam melakukan proses belajar pada umumnya akan memperlihatkan kinerja yang kontinu dalam mencapai kompetensi yang diinginkan.

e.       Menetapkan tujuan pembelajaran dan kompetensi
Belajar pada hakikatnya adalah upaya dari individu untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.Kompetensi dalam hal ini dapat diamknai sebagai seperangkat tindakan cerdas yang dilakukan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan spesifik. Dalam sebuah kompetensi terdapat beberapa aspek penting yang merupakan hasil atau output  proses belajar. Kompetensi juga dapat dikatakan sebagai hasil dari proses pembelajaran.
Menurut Gagne dalam Benny (2011) membagi liam aspek kemampuan yang merupakan hasil dari belajar individu, yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan psikomotorik; (3) sikap; (4) keterampialn intelektual; dan (5) strategi kognitif.
Informasi verbal adalah kemampuan yang diperlukan untuk menyediakan respons lisan dan tertulis terhadap stimulus.Contoh-contoh kemampuan verbal ini adalah mengidentifikasi, menyusun daftar, menyebutkan, dan menjelaskan.
Keterampialn psikomotorik diartiakn sebagai pelaksanaan atau eksekusi suatu tindakan untuk mencapai hasil tujaun tertentu.Kemampuan psikomotorik dalam aktivitas melibatkan aktivitas berupa tindakan yang bersifat fisik dan penggunaan otot untuk melakukan suatu tindakan yang bertujuan.Tindakan yang terlihat dalam keterampialn psikomotorik pada dasarnya tidak hanya berupa tindakan fisik semata, tetapi melibatkan tindakan mental yang ada di dalamnya.
Siakp atau  attitudeyaitu kondisi internal yang memengaruhi pilihan individu dalam melakuakn suatu tindakan. Sikap menujukkan adanya kecenderungan atau pilihan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
Keterampialn intelektual adalah keterampilan yang diperlukan oleh siswa untuk melakukan aktivitas kognitif yang bersifat unik.Keterampialn intelektual melibatkan kemampuan dalam menganalisa dan memodifikasi simbol-simbol kognitif atau informasi. Kemampuan pada ranah ini membuat siswa dapat menyusun klasifikasi benda berdasarkan label dan karakteristiknya.
Strategi kognitif merupakan kompetensi yang paling tinggi dari taksonomi yang dikemukakan oleh Gagne. Kompetensi ini berupa kemampuan metakognitif yang diperlihatkan dalam bentuk kemampuan berpikir tentang proses berpikir dan belajar bagaimana belajar. Contoh dari kompetensi beruap strategi kognitif adalah bagaimana seseorang membuat aktivitas belajarnya menjadi lebih efektif dan efisien.
f.       Format ABCD dalam Perumusan Tujuan Pembelajaran
Perumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi dapat dilakukan dengan menggunakan rumusan ABCD. Proses dimulai dengan menyebutkan audiensi (Audience) yang menjadi sasarn tujuan. Proses itu kemudian memerinci perilaku (Behavior) yang harus ditampilkan dan kondisi (Condition) di mana perilaku tersebut akan diamati. Akhirnya prose situ memerinci tingkat (Degree) sampai dimana pengetahuan atau kemampuan baru harus dikuasai-kriteria yang dengannya kemampuan dapat dinilai.
Komponen audience berisi informasi tentang individu yang belajar misalnya siswa beserta dengan karakteristiknya. Contoh deskripsi audience dalam rumusan tujaun pembelajaran yang menggunakan format ABCD yaitu: “siswa kelas 10 SMA”.
Komponen behavior mendiskripsikan tentang aspek kompetensi yang akan dimiliki oleh individu setelah menempuh program pembelajaran, misalnya “menjelaskan komponen pendidikan”.
Komponen condition mencerminkan keadaan atau situasi yang perlu ada pada waktu siswa yang belajar melakukan kinerja atau performa pada saat dites.Yang termasuk dalam komponen ini berupa fasilitas, peralatan, perlengkapan dan objek atau benda yang merupakan komponen esensial dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan.
Komponen degree menggambarkan tingkat atau standar yang perlu diperlihatkan oleh siswa pada waktu menunjukkan kompetensi spesifik yang telah dipelajari, misalnya: “80 % dari jawaban benar.”
Di bawah ini terdapat contoh perumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang menggunakan format ABCD.
Siswa kelas 10 SMA mampu mengidentifikasi komponen-komponen pendidikan yang terdapat dalam sebuah poster lingkungan sekolah dengan benar
Berdasarkan contoh di atas, komponen audience dalam hal ini yaitu “siswa kelas 10 SMA”. Sedangkan komponen behavior  yaitu”dapat mengidentifikasi komponen-komponen pendidikan”. Komponen condition dalam hal ini adalah “poster yang berisi gamabar lingkunagn sekolah”.Komponen degree dalam hal ini adalah “identifikasi komponen-komponen pendidikan dilakukan denagn benar.”



BAB III

KESIMPULAN


A.    Kesimpulan

Dalam memberikan pembelajaran pendidik harus bisa menjadikan bagaimana pembelajaran tersebut dapat membentuk peserta didik yang memiliki sikap, kecerdasan dan keterampilan sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai itu semua ada beberapa hal yang bisa digunakan guru dalam proses pembelajarannya yaitu seperti guru harus bisa menggunakan media, metode, strategi, teknik atau pun model pembelajaran yang dapat mendukung proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat dipakai oleh guru adalah model pembelajaran ASSURE yang mana model ini merupakan suatu rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan  bermakna bagi peserta didik




DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Muhammad dan Badarudin. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Rais, Rahma. 2012. Rancangan Pembelajran Model ASSURE. [online] tersedia:http://tentangmediapendidikan.blogspot.com/2012/06/rancangan-pembelajaran-model-assure.html
Ranto. 2011. Model ASSURE merencanakan Pembelajaran Dengan Mengintegrasikan teknologi dan Media. [online] tersedia: http://ranto.staff.fkip.uns.ac.id/2011/12/10/model-assure-merencanakan-pembelajaran-dengan-mengintegrasikan-teknologi-dan-media/
Smaldino, Sharon. Lowter, Deborah. Russel, James D. 2011. Teknologi  Pembelajaran dan Media untuk Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ulfiarahmi. 2012. Rancangan Pembelajaran dengan Model ASSURE. [online] tersedia:http://tepenr06.wordpress.com/2012/05/24/rancangan-pembelajaran-dengan-model-assure/
Wijaya.Putri. 2013. Model Pembelajaran Assure.https://putriwijayasetyana.wordpress.com/2013/04/01/model-pembelajaran-assure.html. Diakses pada 12 febuari 2016