KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan kesehatan
kepada kita semua, sehingga kita dapat melaksanakan suatu proses praktikum.
Dalam
laporan ini, kami mencoba membuat
percobaan mengenai Polarimeter yang dapat kami sajikan yaitu beberapa
defenisi-defenisi,pembahasan dan
berbagai perlakuan yang diselesaikan langkah demi langkah.
Laporan
ini sangat sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, untuk membantu
kesempurnaan laporan ini, maka kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak terutama asissten
laboratorium Praktikum Gelombang dan Optik. Selain itu atas
kekurangan-kekurangan yang ada di dalam laporan ini maka kami juga memohon maaf
yang sebesar- besarnya.
Palu,
Januari 2015 Penyusun
Kelompok
V
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut
C. Huygen cahaya adalah gerak gelombang yang terpancar dari suatu sumber dalam
semua arah. Cahaya termasuk geombang transversal yaitu gelombang yang arah
rambatnya tegak lurus arah getaran, sehingga cahaya dapat terpolarisasi.
Polarisasi
adalah terserapnya sebagian arah getar cahaya. Cahaya yang sebagian rah
getarnya terserap disebt cahaya terpolarisasi. Dan jika cahaya hanya memiliki
satu arah getar maka disebut sebagai cahaya terpolarisasi linear.
Cahaya
putih merupakan cahaya polikromatik yang terdiri dari berbagai panjang
gelombang yang dapat bervibrasi kesegala arah. Cahaya putih dapat diubah
menjadi cahaya monokromatik (hanya terdiri dari satu panjang gelombang) dengan
menggunakan suatu filter atau sumber cahaya yang khusus. Cahaya monokromatik
ini disebut cahaya terpolarisasi.
Peristiwa
polarisasi tidak dapat diamati secara langsung oleh mata manusia, sehingga
diperlukan suatu alat yang dapat membantu untuk menunjukan gejala polarisasi
tersebut. Melalui polarimeter gejala polarisasi dapat ditunjukan, selain itu
melalui alat ini dapat dilihat pula bagaimana larutan optic aktif seperti
larutan gula dapat membelokan cahaya yang telah dipolarisasi. Pengamatan-pengamatan
yang dapat dilakukan melalui polarimeter ini lah yang melatar belakangi
dilakukanya percobaan polarimeter.
1.2 Tujuan
1.
Memahami
bahwa cahaya adalah gelombang transversal sehingga dapat dipolarisasi.
2.
Memahami
cara kerja alat polarimeter.
3.
Menghitung
daya putar spesifik dari larutan gula tebu dengan menggunakan cahaya yang
dipolarisasi
3.1 Alat & Bahan
1. Polarimeter
1 set
2. Tabung
pemutar
3. Sumber
cahaya monokromatis
4. Aquades
secukupnya
5. Gulaku
secukupnya
6. Pipet
tetes 1 buah
7. Gelas
plastic 2 buah
8.
Neraca
Digital
9. Tisu secukupnya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Polarimeter merupakan suatu
alat yang tersusun atas polarisator dan analisator. Polarimeter adalah
Polaroid yang dapat mempolarisasi cahaya, sedangkan anlisator adalah Polaroid
yang dapat menganalisa/mempolarisasikan cahaya. Polarimetri adalah suatu metoda
analisa yang berdasarkan pada pengukuran daya putaran optis dari suatu larutan. Daya putaran
optis adalah kemampuan suatu zat untuk memutar bidang getar sinar terpolarisir.
Sinar terpolarisir merupakan suatu sinar yang mempunyai satu arah bidang getar dan
arah tersebut tegak lurus terhadap arah rambatannya. Senyawa optis aktif adalah
senyawa yang dapat memutar bidang getar sinar terpolarisir. Zat yang optis ditandai
dengan adanya atom karbon asimetris atau atom C kiral dalam senyawa organik,
contoh :kuarsa ( SiO2 ), fruktosa.
Polarimeter dapat digunakan untuk :
1. Menganalisa
zat yang optis aktif
2. Mengukur kadar
gula
3. Penentuan
antibiotic dan enzim
Syarat senyawa yang bisa dianalisis dengan polarimetri adalah :
1. Memiliki struktur
bidang Kristal tertentu( dijumpai pada zat padat)
2. Memiliki struktur
molekul tertentu atau biasanya dijumpai pada zat cair. Struktur molekul adalah struktur
yang asimetris, seperti pada glukosa. Prinsip dasar polarimetris ini adalah
pengukuran daya putar optis suatu zat yang menimbulkan terjadinya putaran
bidang getar sinar terpolarisir.
Pemutaranbidanggetarsinarterpolarisir
olehsenyawaoptisaktifada 2 macam, yaitu :
1.
Dexro rotary (+), jika arah putarnya kekanan atau sesuai putaran jarum
jam.
2.
Levo rotary (-), jika arah putarnya kekiri atau berlawanan dengan
putaran jarum jam.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar suatu
larutan adalah sebagai berikut :
1.
Jenis zat.
Masing – masing zat memberikan sudut putaran yang berbeda terhadap
bidang getar sinar terpolarisir.
2.
Panjang lajur larutan dan panjang tabung.
Jika lajur larutan diperbesar maka putarannya juga makin besar.
3.
Suhu.
Makin tinggi suhu maka sudut putarannya makin kecil, hal ini disebabkan
karena zat akan memuai dengan naiknya suhu sehingga zat yang berada dalam
tabung akan berkurang.
4.
Konsentrasi zat
Konsentrasi sebanding dengan sudut putaran, jika konsentrasi dinaikkan
maka putarannya semakin besar.
5.
Jenis sinar( panjang gelombang)
Pada panjang gelombang yang berbeda zat yang sama mempunyai nilai putaran
yang berbeda.
6.
Pelarut
Zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda dalam pelarut
yang berbeda.
Komponen-komponen polarimeter
1.
Sumber cahaya monokromatis
Yaitu sinar yang dapat memancarkan
sinar monokromatis.Sumber cahayanya yaitu lampu Natrium dengan panjang gelombang
589,3 nm dan lampu UAP raksasa dengan panjang gelombang 546 nm.
2.
Polisator dan analisator
Fungsi Polisator untuk menghasilkan sinarter polarisir.
Fungsi analisator untuk menganalisa sudut yang terpolarisasi. Yang digunakan ialah
prismanikol.
3.
Prismasetengahnikol
Alat untuk menghasilkan bayangan setengah yaitu bayangan
gelap dan gelap terang .
4.
Skala lingkar
Skala yang bentuknya melingkar.
5.
Wadah sampel
Berbentuk silinder yang terbuat dari kaca yang
tertutup. Kedu aujungnya berukuran besar dan yang lain berukuran kecil.
biasanya 0,5,1,2 dm. Wadah harus dibersihkan secara hati-hati dan tidak boleh ada
gelembung udara yang terperangkap di dalamnya.
6.
Detector
Pada polarimeter manual yang menjadi detector
yaitu mata, sedangkan di polarimeter lain dapat digunakan detector fotoeletrik.
Cahaya merupakan gelombang
elektromagnit yang terdiri dari getaran medan listrik dan getaran medan magnit
yang saling tegak lurus. Bidang getar kedua medan ini tegak lurus terhadap arah
rambatnya. Sinar biasa secara umum dapat dikatakan gelombang elektromagnit yang
vektor-vektor medan listrik dan medan magnitnya bergetar kesemua arah pada
bidang tegak lurus arah rambatnya dan disebut sinar tak terpolarisasi. Apabila
sinar ini melalui suatu polarisator maka sinar yang diteruskan mempunyai
getaran listrik yang terletak pada satu bidang saja dan dikatakan sinar
terpolarisasi bidang (linear).
Bila arah transmisi
polarisator sejajar dengan arah transmisi analisator,maka sinar yang
mempunyai arah getar yang sama dengan arah polarisator akan diteruskan
seluruhnya.Tetapi apabila arah transmisi polarisator tegak lurus terhadap arah
analisator,maka tak ada sinar yang diteruskan.Apabila arahnya membentuk suatu
sudut ,maka yang diteruskan hanya sebagian.Sinar terpolarisasi linear yang
melalui suatu larutan optis aktif akan mengalami pemutaran bidang polarisasi.
Cahaya dari lampu sumber,
terpolarisasi setelah melewati prisma Nicol pertama yang disebut polarisator.
Cahaya terpolarisasi kemudian melewati senyawa optis aktif yang akan memutar
bidang cahaya terpolarisasi dengan arah tertentu. Prisma Nicol ke dua yang
disebut analisator akan membuat cahaya dapat melalui celah secara maksimum.
Rotasi optis yang
diamati/diukur dari suatu larutan bergantung kepada jumlah senyawa dalam tabung
sampel, panjang jalan/larutan yang dilalui cahaya, temperatur pengukuran, dan
panjang gelombang cahaya yang digunakan. Untuk mengukur rotasi optik,
diperlukan suatu besaran yang disebut rotasi spesifik yang diartikan suatu
rotasi optik yang terjadi bila cahaya terpolarisasi melewati larutan dengan
konsentrasi 1 gram per mililiter sepanjang 1 desimeter.
Rotasi optik yang termati
dapat berupa rotasi yang searah jarum jam, rotasi ini disebut putar kanan dan
diberi tanda (+), sedangkan senyawa yang diukurnya disebut senyawa dekstro (d).
Rotasi yang berlawanan dengan arah jarum jam disebut putar kiri dan diberi
tanda (-), senyawanya disebut senyawa levo (l).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang
dilakukan adalah jenis eksperimen.
3.2
Waktu & Tempat
1.
Hari/tanggal : Sabtu/ 07 januari 2016
2.
Pukul :13.00 WITA - Selesai
3.
Tempa : Laboratorium FKIP P.Fisika Universitas Tadulako
3.3
Prosedur Kerja
1.
Menyiapkan
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum.
2.
Mencuci
bersih tabung pemutar, kemudian mengisi dengan air murni, dan mengusahakan
tidak sampai ada gelembung udara dan masukkan ke dalam polarimeter.
3.
Menentukan
titik paling terang pada detektor dengan cara memutar skala putar analisator
pada polarimeter.
4.
Membaca
nilai sudut ( θ ) pada skala putar analisator pada polarimeter dan mencatat
hasil yang diperoleh pada tabel pengamatan.
5.
Mengulangi
langkah 4-5 sebanyak 2 kali.
6.
Mengisi
tabung pemutar dengan larutan gula 1 gram + 20 ml air murni
7.
Mengulangi
langkah 3-5 sebanyak 3 kali.
8.
Mengisi
tabung pemutar dengan larutan gula 2 gram + 20 ml air murni
9.
Mengulangi
langkah 3-5 sebanyak 3 kali.
10. Mengisi tabung pemutar dengan larutan gula 3
gram + 20 ml air murni
11. Mengulangi langkah 3-5 sebanyak 3 kali.
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Air murni( 20 ml
aquades)
|
Larutan
gula ( 1 gr gula + 20 ml air)
|
L arutan gula ( 2 gr gula
+ 20 ml air)
|
Larutan
gula ( 3 gr gula + 20 ml air)
|
|
Ó¨̊
|
Ó¨̊
|
Ó¨̊
|
Ó¨̊
|
|||
1.
|
I
|
65
|
120
|
95
|
125
|
|
2.
|
II
|
83
|
67
|
87
|
65
|
|
3.
|
III
|
105
|
100
|
90
|
100
|
NST
Neraca Digital : 1 x 10-5
kg
NST
Polarimeter: 0,5o
NST Gelas Ukur
: 5 x 10-6 m3
Panjang
Tabung :
1,7 x 10-1 m
Volume air murni
: 2 x 10-5 m3
Massa
Gula : 1 x
10-3 kg, 2 x 10-3 kg, dan 3 x 10-3 kg
4.3 Pembahasan
Polarimeter
merupakan suatu alat yang tersusun atas polarisator dan analisator.
Polarimeter adalah Polaroid yang dapat mempolarisasi cahaya, sedangkan anlisator
adalah Polaroid yang dapat menganalisa/mempolarisasikan cahaya. Polarimetri
adalah suatu metoda analisa yang berdasarkan pada pengukuran daya putaran
optis dari suatu larutan.
Percobaan ini bertujuan untuk memahami bahwa cahaya adalah
gelombang transversal sehingga dapat dipolarisasi, memahami cara kerja polarimeter,
dan menghitung daya putar spesifik dari larutan gula menggunakan cahaya yang
dipolarisasi. Dalam percobaan ini adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu
polarimeter, tabung pemutar sebagai tempat larutan, sumber cahaya monokromatis,
aquades secukupnya sebagai larutan pelarut, gulaku secukupnya sebagai zat yang
akan diukur konsentrasinya, pipet tetes sebagai alat untuk mengambil larutan,
gelas plastic sebagai wadah untuk larutan, nerasa digital digunakan untuk
menimbang massa gula, dan tissue sebagai wadah untuk gula yang akan ditimbang.
Percobaan ini dilakukan pengukuran
terhadap konsentrasi dan jenis larutan (gula) yakni dengan cara membuat larutan
gula dengan massa yang berbeda dan masing-masing dilarutkan
dengan 20 ml air mineral
yang nantinya akan mempengaruhi
sudut putar dari jenis larutan tersebut.
Percobaan
yang kami lakukan dengan menggunakan larutan gula (gulaku) dengan takaran 1
gram, 2 gram, dan 3 gram kedalam air masing-masing 20 ml aquades. Gula
(sukrosa) merupakan salah satu bahan optik aktif. Air murni (aquades) digunakan
sebagai bahan yang pembanding yang merupakan bahan bukan optik aktif. Dalam
percobaan ini kami memutar skala putar analisator polarimeter dengan tujuan
sudut pemutaran bidang polarisasi gula digunakan untuk menunjukan kadar gula
atau konsentrasi gula dan daya putar spesifik. Lalu kami memasukkan air murni
dan larutan gula ke dalam tabung polarimeter secara bergantian. Tabung tersebut
diletakkan dalam polarimeter diantara polarisator (yang dekat dengan sumber
cahaya) dan analisator yang dekat dengan mata pengamat. Ketika sumber cahaya
dinyalakan mata dapat melihat cahaya melalui lubang pengamat polarimeter. Hal
tersebut disebabkan sumber cahaya yang tidak terpolarisasi kemudian memasuki
polarimeter sehingga hanya ada satu bidang getar saja (gelombang tranversal)
atau diibaratkan dengan gelombang tali yang melalui suatu celah. Ketika skala putar analisator polarimeter diputar ke
kiri yang mula-mula tampak cahaya terang hingga sudut tertentu cahaya tidak
dapat teramati dari lubang pengamat polarimeter. Hal itu terjadi karena, posisi
analisator tidak lagi melewatkan satu bidang getar atau suatu gelombang
tranversal yang terbentuk oleh polarisator (tidak lagi terpolarisasi). Dengan
kata lain, posisi arah datangnya gelombang tranversal cahaya tegak lurus
terhadap analisator. Akan tetapi, sudut yang terbaca pada polarimeter tidak
menunjukkan bahwa posisi analisator tegak lurus, kenyataannya bahwa memang
keadaan ini telah tegak lurus disebabkan oleh larutan optik atau larutan dalam
polarimeter berfungsi sebagai sebagai pemutar bidang geser. Sehingga cahaya
yang melewati larutan optik mengalami perputaran bidang polarisasi dan
gelombnag tranversal tersebut tidak searah lagi. Ini dapat di amati pada hasil
pengamatan yang dilakukan pada air murni mendekati sudut 90 derajat, sedangkan
makin tinggi konsentrasi larutan optik aktif maka pemutaran bidang polarisi pun
terjadi sehingga sudut putar analisator diperoleh cukup kecil.
Dari
percobaan yang telah dilakukan adapun hasil yang kami dapatkan yaitu untuk perhitungan konsentrasi gula, , . Untuk daya putar spesifik pada air murni yaitu , , . Untuk larutan gula ( 1 gr gula + 20 ml aquades) yaitu , , . Untuk larutan gula ( 2 gr gu+ 20 ml
aquades)yaitu , , . Untuk larutan gula ( 3gr gula + 20 ml aquades) yaitu , .Dari
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa besar daya putar spesifik dipengaruhi oleh sudut putar
analisator dan konsentrsi larutan gula. Semakin besar sudut putar analisator
maka daya pusar spesifik semakin besar pula dan sebaliknya, sedangkan makin
besar konsentrasi gula maka makin kecil daya putar spesifiknya dan begitu
sebaliknya. Dan pada percoban ini adapun kesalahan yang diperoleh disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam
mengamati cahaya dari luabang pengamat polarimeter. Dari hasil perhitungan konsentrasi serta daya putar
spesifik yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa konsentrasi yang memiliki massa yang besar atau kecil
tidak mempengaruhi besarnya konsentrasi larutan yang dihasilkan, sedangkan
untuk daya putar spesifiknya semakin kecil massa larutan gula, maka semakin
besar nilai daya putar yang diperoleh.
Pada percobaan yang telah dilakukan hasil
yang diperoleh sama dengan literatur yaitu pada konsentrasi gula semakin tinggi, menyebabkan cahaya
yang tampak dianalisator menjadi lebih redup sehingga sudut putar spesifiknya
menjadi semakin besar.Ini menandakan larutan gula dapat membelokkan arah getar
cahaya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini dapat
disimpulkan bahwa:
1. Prinsip kerja polarimeter adalah
meneruskan sinar yang mempunyai arah getar yang sama dengan arah polarisator.
Sudut putar jenis bergantung pada konsentrasi dan jenis larutannya.
2.
Nilai daya putar spesifik yaitu
a) Larutan pertama = 3,57 m2/kg dengan ktpr =
26,03%
b) Larutan kedua = 2,83 m2/kg dengan ktpr =
26,03%
c) Larutan ketiga = 0,37 m2/kg dengan ktpr =
26,00%
5.2 Saran
Sebaiknya dalam
melakukan praktikum, pada saat memasukkan cairan kedalam tabung pemutar, tidak
boleh terdapat gelembung udara.
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar,
S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.
Matsjeh,
Sabirin. 1983. Kimia Organik II. Jogjakarta : UNJ.
Scribd. 2010. Polarimetri. Http://www.scribd.com/doc/31438296/polarimetri Diakses
pada 07 januari 2016.
Sumarna,
dkk. 1990. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP Semarang
Press.
Wikipedia. 2010. Polarimeter. Http://www.wikipedia.org/wiki/polarimeter diakses
pada 07 januari 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar