KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan kesehatan
kepada kita semua, sehingga kita dapat melaksanakan suatu proses perkuliahan.
Dalam
makalah ini, kami mencoba membuat
makalah mengenai Model Pembelajaran Assure yang dapat
kami sajikan yaitu beberapa penjelasan-penjelasan ,pembahasan dan berbagai langkah-langkah yang
yang digunakan dalam model ini.
Makalah
ini sangat sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, untuk membantu
kesempurnaan makalah ini, maka kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak terutama dosen mata
kuliah Desain Pembelajaran Fisika. Selain itu atas kekurangan-kekurangan yang
ada di dalam makalah ini maka kami juga memohon maaf yang sebesar- besarnya.
Palu. 13 Febuari 2016
Penuyusun
Kelompok
VII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas
pembelajaran perlu dirancang sebelumnya agar dapat memeberikan output atau
hasil sebagaimana yang diharapkan. Upaya untuk merancang aktivitas pembelajaran
disebut dengan istilah desain pembelajaran.Menurut Gagnon dan Collay dalam
Benny (2011:24) istilah desain mempunyai makna adanya suatu kesuluruhan,
struktur, kerangka, atau outline, dan urutan atau sistematika
kegiatan.Mendesain aktivitas pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya untuk
membuat aktivitas pembelajaran menjadi terstruktur dan sistematis.
Dalam
merancang aktivitas pembelajaran kita perlu mengetahui tujuan yang akan
dicapai, kompetensi yang pertlu dimiliki oleh individu yang belajar atau learner.
Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran kita memerlukan sebuah
kendaraan.Dalam konteks pembelajaran, kendaraan yang digunakan adalah metode,
media, dan materi pembelajaran yang diperlukan untuk membantu siswa dalam
mencapai kompetensi yang diinginkan.
Beberapa
model desain pembelajaran telah banyak dikemukakan oleh sejumlah pakar. Namun
dalam makalah ini kami mengambil model desain pembelajaran ASSURE yang
dikembangkan oleh Sharon Smaldino, Robert Henich, James Rusell dan Miichael
Molenda (2011) dalam buku “Instructional
Technology and Media for Learning ”. Adapun alasan kami memilih
model ASSURE, karena ASSURE merupakan satu desain model
pembelajaran yang sederhana yang dapat digunakan untuk menciptakan sebuah
pembelajaran sukses.
Model
desain pembelajaran ASSURE sesuai untuk digunakan dalam aktivitas pembelajaran
yang berskala mikro seperti pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas dan
program pelatihan. Oleh karena itu, sebagai calon guru sangat penting untuk
mengetahui berbagai model desain pembelajaran, diantaranya yang akan kami
paparkan dalam makalah ini yaitu model ASSURE.
B. Tujuan
Merujuk
kepada latar belakang yang di paparkan sebelumnya maka terdapat beberapa tujuan
penulisan makalah ini yaitu;
1.
Untuk memberikan
penjelasan tentang model pembelajaran Assure
2. Untuk memberikan penjelasan bagaimana sistematika
penerapan model Assure
3. Untuk menjelaskan manfaat model Assure dalam
pembelajaran.
4.
Untuk menjelaskan komponen-komponen dalam model desain pembelajaran
Assure.
C. Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan model pembelajaran Assure?
2.
Bagaimana
sistematika penerapan model Assure?
3.
Apakah manfaat
model Assure dalam pembelajaran?
4.
Apa saja komponen-komponen dalam model desain pembelajaran ASSURE?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran
Menurut
Kemp (1994:12) unsure dasar dalam proses perancangan pengajaran ada empat aspek
yaitu; siswa, metode, sasaran dan evaluasi. Keempat ini dapat diwujudkan dalam
bentuk pertanyaan yaitu;
1. Untuk siapa program itu dirancang (cirri siswa)
2.
Kemampuan apa
yang anda inginkan untuk dipelajari ?
3.
Bagaimana isi
pelajaran atau ketrampilan dapat dipelajari dengan baikk ?
4. Bagaimana anda menentukan tingkat penguasan
pelajaran yang sudah dicapai ?
Menurut
john dewey (1916) siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka
pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui , serta proses belajar akan
produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di
sekolah. Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang
diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses
melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari. Sedangkan mengajar
adalah upaya guru untuk membangkitkan yang berarti menyebabkan atau mendorong
seseorang (siswa) belajar (Wijaya: 1992).
Model ASSURE adalah model pembelajaran yang dapat digunakan
untuk jenis media yang tepat dalam proses pembelajaran. Model ini dikembangkan
untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien, khususnya
pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan media dan teknologi. Model ini,
berorentasi pada KBM. Strategi pembelajarannya melalui pemilihan dan
pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta pembelajar di lingkungan
belajar.Assure model di desain untuk membantu Guru dalam merancang rencana
pembelajaran yang terintegrasi dan efektif dengan menggunakan teknologi dan
Media dalam kelas.
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. (UU No.20/2003, Bab I Pasal ayat 20).
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Wikipedia.com) adapun
ciri-ciri pembelajaran itu sendiri adalah:
1.
Siswa
Seorang yang bertindak
sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan
2.
Guru
Seseorang yang
bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efekti.
3.
Tujuan
Pernyataan tentang
perubahan perilaku (kognitif, psikomotor, afektif) yang diinginkan terjadi pada
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
4.
Isi pelajaran
Segala informasi berupa
fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan
5.
Metode
Bahan pengajaran dengan
atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan
6.
Media
Bahan pengajaran dengan
atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi
kepada siswa
7.
Evaluasi
Cara
yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya
B. Sistematika penerapan model Assure
Model ASSURE merupakan
suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
atau disebut juga model berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005) model
ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
1. Analyze Learners
Analisis siswa : langkah pertama dalam
perencanaan untuk mengetahui dan menganalisis siswa sehingga bisa diasosiasikan
hasil belajarnya nanti, yang lebih penting diperhatikan adalah (1)
karakteristik umum, (2) kemampuan khusus, (3) gaya belajar
2. States Objectives
Langkah selanjutnya menentukan standard an tujuannya
sespesifik mungkin. Disini sangat penting memulai pelajaran dengan menyusun
kurikulumdan teknologi (nets for students) disesuaikan dengan menyusun
kurikulum daerah berdasarkan kurikulum nasional.
3. Select Methods, Media,
and Material
Pemilihan strategi, media, dan materi: pada langkah
ini guru melakukan pemilihan strategi yang tepat, media yang cocok dan materi
yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai
4. Utilize Media and
materials
Penggunaan teknologi, media dan materi; dalm step
ini seorang guru menggunakan teknologi, media dan materi membantu siswa mencapai
tujuan pembelajarannya, ada 5 proses yang dilalui yaitu;
a.
Preview ; teknologi, media, materi
b.
Prepare ; persiapan teknologi, media dan
materi
c.
Prepare ; lingkungan
d.
Prepare ; student
e.
Provide ; melengkapi dengan
kegiatan siswa
5. Require Learner Participation
Merangsang
pasrtisipasi siswa, hal ini bertujuan agar kondisi belajar siswa dapat
terkendali. Di sini diharapkan ada kegiatan yang membuat mereka bisa
mempraktekkan pengetahuan atau keahlian baru yang disajikan sehingga siswa
dapat mengekspresikan kembali semua yang dimilikinya. Praktek-prektek yang bisa
dilakukan seperti: cek sendiri, pengajaran berdasarkan komputer,
kegiatan berinternet, kegiatan kelompok
6. Evaluate and Revise
Evaluasi
dan perbaikan; setelah langkah semua yang di atas guru harus mengevaluasi semua
kegiatan tersebut. Bagaimana dampaknya terhadap siswa. Evaluasi ini tidak saja
menilai seberapa besar pencapaian tujuan pembelajaran namaun juga keseluruhan
proses pembelajaran itu (penggunaan teknologi dan media) kalau tidak ada yang
tercapai kita perlu mengadakan perbaikan agar lebih baik.
C. Manfaat ASSURE Model Dalam Pembelajaran
Model
ASSURE dicetuskan oleh Heinich, dkk. Sejak tahun 1980-an, dan terus
dikembangkan oleh Smaldino, dkk. Hingga sekarang (Dewi Salma Prawiradilaga,
2007). Satu hal yang perlu dicermati dari model ASSURE ini, walaupun
berorientasi pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), model ini tidak menyebutkan
strategi pembelajaran secara eksplisit. Strategi pembelajaran dikembangkan
melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta
peserta didik di kelas. Manfaat dari model ASSURE,
yaitu (Dewi Salma Prawiradilaga, 2007) :
1. Sederhana, relatif mudah untuk diterapkan.
2.
Karena
sederhana, maka dapat dikembangkan sendiri oleh pengajar.
3.
Komponen KBM
(Kegiatan Belajar Mengajar) lengkap.
4.
Peserta didik
dapat dilibatkan dalam persiapan untuk KBM.
D. Komponen-komponen model desain pembelajaran Assure
1.
Analisis
Karakter Siswa
Langkah
awal yang perlu dilakuakn dalam menerapkan model ini dalah mengidentifikasi
karakter siswa yang akan melekukan aktivitas pembelajaran. Tujuan utama para
guru adalah memenuhi kebutuhan unik setiap siswa sehingga mereka bisa mencapai
tingkat belajar yang maksimum. Model ASSURE memberikan pendekatan yang
sistematis untuk menganalisis karakteristik para siswa yang memengaruhi
kemampuan mereka untuk belajar. Analisis karakteristik siswa meliputi beberapa
aspek penting, yaitu: (1) karakteristik umum; (2) gaya belajar atau learning
style siswa; dan (3) motivasi.
a. Karakteristik umum
Agar
berhasil memenuhi kebutuhan individual para siswa, maka seorang guru penting
sekali untuk memahami karakteristik umum yang mungkin memengaruhi belajar
mereka. Karakteristik umum pada dasarnya menggambarkan tentang kondisi siswa
seperti usia, kelas, pekerjaan, dan jender.
Analisis
sederhana yang dilakukan oleh guru sebelum memulai sebuah program pembelajaran
seringkali membawa dampak yang positif.Cara sederhana untuk mengetahui
karakteristik siswa dapat dilakukan melalui observasi, wawancara, dan pre-tes.
Informasi yang dapat diperoleh dari cara yang dilakukan tersebut yaitu, etnis
dan latar belakang individu; sosial ekonomi; sikap terhadap materi pelajaran;
dan usia siswa atau trainee.
Perhatian
yang saksama tentang karakteristik umum siswa pada dasarnya dapat memebantu
guru untuk menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
Peamahaman tentang karakteristik siswa juga akan memudahkan guru untuk
memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang siswa yang akan menempuh program
pembejaran.
b. Kemampuan awal
Faktor
lain yang perlu diperhatikan selain karakteristik umum adalah kemempuan atau
kompetensi awal yang perlu dimiliki siswa sebelum mengikuti aktivitas
pembelajaran. Untuk mengetahui kemampuan awal atau prerequisite, yang
merupakan persyaratan dalam mengikuti suatu program pemeblajaran diperlukan
diperlukan adanya pre tes.Hal ini dapat digunakan oleh para guru untuk
menghindari asumsi yang kerap dilakukan bahwa seluruh siswa telah memiliki
kemampuan awal yang diperlukan sebelum mengikuti program pembelajaran.
Untuk
memperoleh informasi tentang kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa, selain
melalui pre-tes juga dapat melalui perbincangan antara guru dengan siswa.
Apabila siswa telah memiliki pengetahuan awal tentang penegetahuan dan keterampilan
yang akan dipelajari, maka guru tidak perlu lagi membahas pengetahuan dan
keterampilan tersebut di dalam aktivitas pembelajaran. Dengan mengetahui latar
belakang dan karakteristik siswa secara komprehensif, guru akan mudah dalam
menentukan metode, media, dan materi pelajaran yang tepat dalam pencapaian
kompetensi atau tujuan pembelajaran.
c. Gaya belajar
Gaya
belajar atau learning styles dapat definisikan sebagai suatu cara tentang
bagaimana seorang individu melakuakn persepsi, berinteraksi, dan merespon
secara emosional terhadap lingkungan belajar. Sebagai seorang guru, tentunya
akan menemukan perbedaan dalam cara-cara siswa belajar atau memproses
informasi. Smaldino dalam Butler (1986), menurutnyakebiasaan memproses
informasi ini dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:
1. Pembelajar berurutan konkret
lebih menyukai pengalaman langsung (hands on experience) yang
diorganisasikan secara sistematik. Mereka paling baik denagn menggunakan buku
kerja, pengajaran yang berdasarkan computer, demonstrasi, dan praktik
laboratorium terstruktur.
2. Pembelajar acak konkret sangat
menyukai proses belajar dengan menggunakan pendekataan coba-coba atau trial
and error. Mereka biasanya cepat melakukan penarikan kesimpulan dari proses
eksplorasi pengetahuan dan eksperimen. Mereka menyukai metode pembelajaran
seperti permainan, simulasi, proyek belajar mandiri, dan belajar penemuan.
3. Pembelajar berurutan abstrak
biasanya individu yang memiliki gaya belajar ini cepat dalam memahami pesan dan
informasi verbal dan simbolik yang disampaikan secara sistematis. Mereka
umumnya menyukai membaca dan menyimak presentasi.
4. Pembelajar abstrak acak pada
umumnya memiliki kemampuan untuk memaknai pesan dan informasi yang disampaikan
melalui media. Mereka menyukai informasi dan pengetahuan yang dikemas dalam
bentuk media.
Gardner (1999), mengemukaka konsep
konsep kecerdasan majemuk atau multiple intelligences yang dapat
membedakan kecenderungan belajar dan minat yang dimiliki oleh seseorang dengan
orang lain. Ia mengembangkan konsep kecerdasan majemuk yang mengidentifikasi
sembilan aspek kecerdasan:
a) Verbal/linguistic (bahasa)
b) Logis /matematis
(ilmiah/kuantitatif)
c) Visual/spasial
d) Musical/ritmis
e) Ragawi/kinestetik(menari/olahraga)
f) Antar personal (memahami orang lain)
g) Intra personal (memahami diri
sendiri)
h) Naturalis
i) Eksistensialis
Teori
Gardner menyatakan bahwa guru yang efektif harus mempertimbangkan gaya belajar
yang berbeda dari setiap siswa, menyadari bahwa siswa sangat berbeda dalam hal
kekuatan dan kelemahan di tiap-tiap area tersebut.
d. Motivasi
Faktor
lain yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam menempuh pembelajaran yaitu
motivasi. Motivasi dapat diartiakan kondisi yang dapat mendorong individu untuk
melakukan suatu tindakan dalam rangka mencapai tujuan.Motivasi dapat
digolongkan menjadi motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi
intrinsik adalah motivasi yang didorong oleh pekerjaan yan g disukai atau
diminati oleh seseorang.Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
didorong oleh faktor eksternal dalam bentuk imbalan atau reward.Imbalan yang
diperoleh setelah seseorang melakukan suatu tugas atau pekerjaan akan mendorong
seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan tersebut.
Guru
sebaiknya mampu menciptakan motivasi belajar yang bersifat intrinsik dalam diri
siswa. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik dalam melakukan proses belajar
pada umumnya akan memperlihatkan kinerja yang kontinu dalam mencapai kompetensi
yang diinginkan.
e.
Menetapkan tujuan pembelajaran dan
kompetensi
Belajar
pada hakikatnya adalah upaya dari individu untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan.Kompetensi dalam hal ini dapat diamknai sebagai seperangkat tindakan
cerdas yang dilakukan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan spesifik. Dalam
sebuah kompetensi terdapat beberapa aspek penting yang merupakan hasil atau output
proses belajar. Kompetensi juga dapat dikatakan sebagai hasil dari
proses pembelajaran.
Menurut Gagne dalam Benny (2011) membagi liam aspek
kemampuan yang merupakan hasil dari belajar individu, yaitu (1) informasi
verbal; (2) keterampilan psikomotorik; (3) sikap; (4) keterampialn intelektual;
dan (5) strategi kognitif.
Informasi verbal adalah kemampuan yang diperlukan
untuk menyediakan respons lisan dan tertulis terhadap stimulus.Contoh-contoh
kemampuan verbal ini adalah mengidentifikasi, menyusun daftar, menyebutkan, dan
menjelaskan.
Keterampialn psikomotorik diartiakn sebagai
pelaksanaan atau eksekusi suatu tindakan untuk mencapai hasil tujaun
tertentu.Kemampuan psikomotorik dalam aktivitas melibatkan aktivitas berupa
tindakan yang bersifat fisik dan penggunaan otot untuk melakukan suatu tindakan
yang bertujuan.Tindakan yang terlihat dalam keterampialn psikomotorik pada
dasarnya tidak hanya berupa tindakan fisik semata, tetapi melibatkan tindakan
mental yang ada di dalamnya.
Siakp atau attitudeyaitu kondisi
internal yang memengaruhi pilihan individu dalam melakuakn suatu tindakan.
Sikap menujukkan adanya kecenderungan atau pilihan yang dimiliki oleh seseorang
untuk melakukan suatu tindakan.
Keterampialn intelektual adalah keterampilan yang
diperlukan oleh siswa untuk melakukan aktivitas kognitif yang bersifat
unik.Keterampialn intelektual melibatkan kemampuan dalam menganalisa dan
memodifikasi simbol-simbol kognitif atau informasi. Kemampuan pada ranah ini
membuat siswa dapat menyusun klasifikasi benda berdasarkan label dan
karakteristiknya.
Strategi kognitif merupakan kompetensi yang paling
tinggi dari taksonomi yang dikemukakan oleh Gagne. Kompetensi ini berupa
kemampuan metakognitif yang diperlihatkan dalam bentuk kemampuan berpikir
tentang proses berpikir dan belajar bagaimana belajar. Contoh dari kompetensi
beruap strategi kognitif adalah bagaimana seseorang membuat aktivitas
belajarnya menjadi lebih efektif dan efisien.
f.
Format ABCD dalam Perumusan Tujuan
Pembelajaran
Perumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi dapat
dilakukan dengan menggunakan rumusan ABCD. Proses dimulai dengan menyebutkan
audiensi (Audience) yang menjadi sasarn tujuan. Proses itu kemudian
memerinci perilaku (Behavior) yang harus ditampilkan
dan kondisi (Condition) di mana perilaku tersebut akan diamati. Akhirnya
prose situ memerinci tingkat (Degree) sampai dimana pengetahuan
atau kemampuan baru harus dikuasai-kriteria yang dengannya kemampuan dapat
dinilai.
Komponen audience berisi informasi tentang
individu yang belajar misalnya siswa beserta dengan karakteristiknya. Contoh
deskripsi audience dalam rumusan tujaun pembelajaran yang menggunakan
format ABCD yaitu: “siswa kelas 10 SMA”.
Komponen behavior mendiskripsikan tentang
aspek kompetensi yang akan dimiliki oleh individu setelah menempuh program
pembelajaran, misalnya “menjelaskan komponen pendidikan”.
Komponen condition mencerminkan keadaan atau
situasi yang perlu ada pada waktu siswa yang belajar melakukan kinerja atau
performa pada saat dites.Yang termasuk dalam komponen ini berupa fasilitas,
peralatan, perlengkapan dan objek atau benda yang merupakan komponen esensial
dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan.
Komponen degree menggambarkan tingkat atau standar
yang perlu diperlihatkan oleh siswa pada waktu menunjukkan kompetensi spesifik
yang telah dipelajari, misalnya: “80 % dari jawaban benar.”
Di bawah ini terdapat contoh perumusan tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang menggunakan format ABCD.
“ Siswa kelas 10 SMA mampu
mengidentifikasi komponen-komponen pendidikan yang terdapat dalam sebuah poster
lingkungan sekolah dengan benar “
Berdasarkan contoh di atas,
komponen audience dalam hal ini yaitu “siswa kelas 10 SMA”. Sedangkan
komponen behavior yaitu”dapat mengidentifikasi komponen-komponen
pendidikan”. Komponen condition dalam hal ini adalah “poster yang berisi
gamabar lingkunagn sekolah”.Komponen degree dalam hal ini adalah
“identifikasi komponen-komponen pendidikan dilakukan denagn benar.”
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dalam memberikan pembelajaran pendidik harus
bisa menjadikan bagaimana pembelajaran tersebut dapat
membentuk peserta didik yang memiliki sikap, kecerdasan dan keterampilan sesuai
dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai
itu semua ada beberapa hal yang bisa digunakan guru dalam proses
pembelajarannya yaitu seperti guru harus bisa menggunakan media, metode,
strategi, teknik atau pun model pembelajaran yang dapat mendukung proses
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat dipakai oleh guru adalah
model pembelajaran ASSURE yang mana model ini merupakan suatu rujukan bagi
pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan
dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media
sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta
didik
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Muhammad dan Badarudin. 2011. Perencanaan
Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Amanah. 2011. Model Pembelajaran ASSURE. [online] tersedia
di:http://amanahtp.wordpress.com/2011/11/28/model-pembelajaran-assure-menciptakan-pengalaman-belajar/
Rais, Rahma. 2012. Rancangan Pembelajran Model ASSURE.
[online] tersedia:http://tentangmediapendidikan.blogspot.com/2012/06/rancangan-pembelajaran-model-assure.html
Ranto. 2011. Model ASSURE merencanakan Pembelajaran
Dengan Mengintegrasikan teknologi dan Media. [online] tersedia: http://ranto.staff.fkip.uns.ac.id/2011/12/10/model-assure-merencanakan-pembelajaran-dengan-mengintegrasikan-teknologi-dan-media/
Smaldino, Sharon. Lowter, Deborah. Russel, James D. 2011. Teknologi
Pembelajaran dan Media untuk Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ulfiarahmi. 2012. Rancangan Pembelajaran dengan Model ASSURE.
[online] tersedia:http://tepenr06.wordpress.com/2012/05/24/rancangan-pembelajaran-dengan-model-assure/
Wijaya.Putri.
2013. Model Pembelajaran Assure.https://putriwijayasetyana.wordpress.com/2013/04/01/model-pembelajaran-assure.html.
Diakses pada 12 febuari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar